Melirik Peluang Usaha Budidaya Ikan Patin

Melirik Peluang Usaha Budidaya Ikan Patin

Smallest Font
Largest Font

GMN Bisnis - Sebagai negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia telah menawarkan berbagai peluang usaha yang menjanjikan. Salah satu sektor yang tengah mengemuka adalah budidaya ikan, khususnya ikan patin.

Mengapa Harus Budidaya Ikan Patin?

Pangasius sp atau yang lebih kita kenal sebagai ikan patin merupakan ikan air tawar yang sangat populer dan familiar di Indonesia. 

Hal tersebut lantaran ikan patin telah banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia sebab ikan ini sangat digemari oleh para konsumen. 

Ini tentu saja merupakan sebuah peluang bisnis yang menjanjikan dan layak untuk dijadikan usaha kita kan?. 

Kali ini kita akan menyelami lebih dalam mengenai peluang dan potensi bisnis dari berbudidaya ikan patin.

Permintaan Terus Meningkat

Membudidayakan ikan patin telah menjanjikan potensi bisnis yang baik seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen. 

Hal ini bukan tanpa sebab, ikan patin ini terkenal memiliki daging yang lezat dengan tekstur yang kenyal serta memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dengan hal tersebut, tidak sulit untuk memasarkan hasil budidaya ikan patin kita secara lokal dan bahkan ke luar negeri.

Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) yang dihimpun dari laman Ekonomi, Produktivitas budi daya patin Indonesia 20-40 kg per m2. 

Sedangkan, kebutuhan industri daging fillet pada tahun 2010 sebesar 500 ton/bulan. 

Jumlah ini terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2018, mencapai 700-800 ton per bulan, terutama dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Bali. 

Adapun produksi dari 8-10 perusahaan fillet patin nasional skala menengah sekitar 400-500 ton per bulan. Hal ini tentu saja menjadi gambaran yang nyata mengenai tingginya permintaan ikan patin secara nasional yang merupakan peluang bisnis yang menjanjikan bagi kita.

Potensi Ekspor Terbuka Luas

Kepopuleran ikan patin tidak hanya dialami di Indonesia, namun ikan ini juga telah dikenal luas di luar negeri. Tak heran jika Indonesia termasuk negara yang telah mengekspor ikan patin ke berbagai negara. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dihimpun dari Jangkar Groups, produksi ikan patin mencapai 359 ribu ton pada 2019. Dari produksi tersebut, sekitar 5% diekspor ke negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Hong Kong. 

Permintaan ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat internasional mengenai manfaat Kesehatan dan kandungan gizi dari ikan patin, seperti kandungan protein dan omega-3. Bahkan pada tahun 2018, total permintaan impor ikan patin global meningkat menjadi 641,31 ton, dengan negara tujuan utama Amerika Serikat (19,08 persen) dan Tiongkok (18,97 persen). Sedangkan permintaan impor Arab Saudi hanya sebesar 4.503 ton (0,7 persen) atau turun 85 persen dibandingkan tahun 2017.(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2019)

Untuk meningkatkan ekspor ikan patin, diperlukan strategi yang tepat. Salah satunya adalah memperbaiki kualitas ikan patin. Hal ini dapat dilakukan dengan standarisasi kualitas yang lebih ketat dan penggunaan teknologi pengolahan yang lebih baik.

Perawatan Lebih Mudah

Ikan patin memiliki tingkat adaptasi yang lebih baik terhadap perubahan kondisi lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan telah menjadi tantangan tersendiri bagi para pembudidaya ikan air tawar, sebab kita hidup di negara tropis dengan cuaca yang cukup panas namun biasanya tiba-tiba hujan turun. 

Kita tidak akan terlalu khawatir dengan hal tersebut jika berbudidaya ikan patin, sebab ikan ini dapat beradaptasi dengan baik di segala kondisi lingkungan. 

Fleksibilitas ini juga memberikan keleluasaan kepada para petani untuk menyesuaikan sistem budidaya mereka sesuai dengan keadaan lokal.

Dukungan Pemerintah 

Dalam mendorong ketahanan pangan dan meningkatkan ekonomi nasional, Pemerintah telah berkomitmen dalam mendukung pembudidaya ikan, termasuk budidaya ikan patin. 

Pemerintah telah menganggarkan dana untuk program pelatihan, bantuan modal, dan infrastruktur perikanan menjadi dorongan tambahan bagi para calon petani untuk terjun ke dalam usaha budidaya ikan patin.

Proyeksi Modal, Merencanakan Keuangan untuk Mendukung Bisnis

Kini kita telah mengetahui bahwa ikan patin telah memiliki potensi yang besar untuk dijadikan peluang bisnis. sekarang saatnya kita mengulas proyeksi modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha budidaya ikan patin. 

Sebuah proyeksi modal yang matang akan membantu kita menghitung kebutuhan finansialnya dengan lebih cermat. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat proyeksi modal:

Lahan dan Infrastruktur

Kita perlu mengidentifikasi lahan dan infrastruktur yang akan kita pakai sebagai tempat dan sarana budidaya ikan patin. Lahan milik sendiri dengan menyewa tentu akan memberikan proyeksi yang berbeda. Tapi pada kasus ini, kita analogikan bahwa lahan milik kita sendiri dan sarana atau infrastrukturnya kita buat mulai dari nol.

Lahan Budidaya: Milik Sendiri

Kolam Budidaya: Rp. 2.000.000

Pompa air dan sistem perpipaan: Rp. 1.000.000

Total proyeksi modal untuk lahan dan infrastruktur adalah sebesar Rp. 3.000.000

Bibit Ikan

Tentu saja kita membutuhkan bibit ikan. Kita perlu membeli bibit ikan yang berkualitas agar pada saat masa budidaya, ikan patin tidak mudah terserang penyakit dan memiliki kualitas yang baik.

Pengadaan bibit ikan patin: Rp. 2.000.000

Transportasi dan penanganan bibit: Rp. 250.000

Jika ditotalkan, maka proyeksi modal untuk bibit ikan adalah sebesar Rp. 2.250.000.

Pakan dan Suplemen

Agar ikan patin tumbuh dengan baik, maka membutuhkan pakan yang berkualitas dan seimbang. Selain itu, juga dibutuhkan suplemen yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ikan patin dan menjaganya tetap dengan kondisi yang baik.

Pakan Ikan: Rp. 2.500.000/bulan

Suplemen ikan: Rp. 700.000/bulan

Dari perhitungan ini, maka total proyeksi modal untuk pakan dan suplemen ikan adalah sebesar Rp. 3.200.000/bulan

Biaya Operasional Bulanan

Kita juga perlu menghitung biaya-biaya operasional harian yang timbul dari berbagai kegiatan yang kita lakukan. Perhitungan ini diestimasikan pengeluaran rata-rata selama sebulan

Listrik dan Air: Rp. 1.000.000

Gaji Pekerja: Rp. 1.500.000/Orang

Biaya Pemeliharaan Kolam: Rp. 500.000

Dari perhitungan ini, maka, total proyeksi modal untuk biaya operasional bulanan adalah sebesar Rp. 3.000.000/bulan

Kas Cadangan dan Biaya tak terduga

Kita perlu sadari bahwa berbudidaya ikan tak selamanya akan lancer, sehingga dibutuhkan dana cadangan untuk menutupi biaya-biaya yang timbul di luar perencanaan kita. Hal ini penting untuk memitigas resiko yang akan timbul di kemudian hari

Kas Cadangan: Rp. 1.000.000

Biaya tak terduga: Rp. 700.000

Dengan ini maka, total proyeksi modal untuk kas cadangan dan biaya tak terduga adalah sebesar Rp. 1.700.000

Dengan ini, maka dapat kita simpulkan bahwa estimasi dan proyeksi modal untuk keseluruhan poin adalah sebesar Rp.13.150.000. Yang perlu dicatat adalah bahwa perhitungan diatas merupakan proyeksi standar dalam membuat proyeksi modal. 

Rincian keseluruhan biaya pada poin tersebut tentu saya akan sangat berbeda di tiap-tiap daerah di Indonesia. 

Untuk menciptakan proyeksi modal yang akurat, tentu kita dapat menyesuaikan harga pasaran di daerah kita masing-masing. Meski begitu, poin-poin diatas adalah hal-hal terpenting yang perlu kita masukkan dan pertimbangkan dalam membuat proyeksi modal.

Kini kita juga bisa langsung membuat perencanaan bisnis dengan merencanakan proyeksi modal yang dibutuhkan secara bijak dengan mengacu pada pembahasan diatas. Sumber: UMKM Indonesia @ukmindonesia.id

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author