Soroti Isu Reshuffle Kabinet, Budayawan Kidung Tirto Yakin Keputusan Presiden Jokowi akan Bijak dan Tepat

Soroti Isu Reshuffle Kabinet, Budayawan Kidung Tirto Yakin Keputusan Presiden Jokowi akan Bijak dan Tepat

Smallest Font
Largest Font

GMN JAKARTA – Isu perombakan (reshuffle) kabinet kembali mencuat menjelang masa kampanye calon Presiden-Wakil Presiden pada 28 November mendatang. Bahkan, sempat viral informasi hoaks terkait daftar calon menteri dalam reshuffle ke-7 Kabinet Indonesia Maju.

Informasi yang telah dibantah Sekretariat Negara itu menyebutkan 13 nama pejabat negara yang segera diganti, seperti Menko Polhukam Mahfud MD, Kepala BIN Budi Gunawan, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly.

Menanggapi hal itu, budayawan dan spiritualis nusantara Kidung Tirto Suryo Kusumo mengingatkan masyarakat agar bijak saat menerima dan menyebarkan informasi yang belum terkonfirmasi kebenarannya agar tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

“Kita harus check and recheck informasi yang beredar di berbagai media. Saat ini suhu politik sedang memanas menjelang Pemilu, sehingga rentan ditunggangi oleh pihak-pihak yang ingin memancing di air keruh,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (23/11/2023).

Mengenai isu reshuffle, Kidung Tirto meyakini Presiden Jokowi sebagai kepala pemerintahan bijaksana dan memahami kondisi negara, termasuk kapan harus melakukan konsolidasi kabinetnya. “Saya meyakini siapapun sosok yang masuk ke dalam kabinet sudah diseleksi

Menurut dia, pergantian atau konsolidasi di pemerintahan atau organisasi merupakan sesuatu yang dinamis dan biasa untuk menjaga kinerja. Oleh karena itu, reshuffle tidak perlu dianggap tabu selama bertujuan mencapai hasil yang lebih baik.

Spiritualis asal Gunung Lawu ini menilai  Presiden Jokowi selama ini selalu berpegang pada falsafah kearifan lokal agar kebijakannya harmonis dengan alam, termasuk dalam me-reshuffle kabinet.

Oleh karena itu, langkah atau kebijakan yang dibuat Presiden Jokowi harus dimaknai dalam rangka menjaga keharmonisan. “Sesuai budaya Jawa, Jokowi selalu menghitung waton yang bermakna pelan tapi pasti dan weton atau saat yang tepat,” jelas Kidung Tirto.

Falsafah waton dan weton juga tercermin saat Jokowi menyebutkan ojo kesusu (jangan tergesa-gesa) kepada para relawannya dalam menentukan pilihan siapa calon Presiden dan Wakil Presiden.

Sebagai pucuk pimpinan kabinet, Presiden adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap kelancaran roda pemerintahan. Dengan membaca falsafah waton dan weton, Jokowi harus cermat membaca situasi guna menghindari gonjang-ganjing politik.

Selain isu reshuffle, Kidung Tirto juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah termakan isu negatif terkait dengan capres-cawapres. Dia mengamati isu-isu negatif hingga hoaks semakin masif menyasar tiga pasangan capres-cawapres hingga keluarga mereka.

Kidung Tirto mengingatkan agar masyarakat tidak terjerumus ke dalam fanatisme berlebihan terhadap capres-cawapres tertentu sehingga mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa. Rakyat harus memberikan mandat kepada sosok yang benar-benar pantas memimpin bangsa ke depan.

“Pemimpin Indonesia harus teruji kredibilitas, integritas dan ideologinya, serta direstui leluhur bumi pertiwi tercinta ini. Hal ini penting karena bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tepat, beradab dan berhati mulia untuk menghadapi tantangan berat di masa depan,” ungkapnya.

Dia juga mengingatkan, seorang pemimpin harus mampu menyentuh hati rakyat sebelum meminta mereka melakukan sesuatu. “Pemimpin yang baik harus terlebih dulu menjadi pelayan yang baik. Kepemimpinannya dilaksanakan lebih sebagai sikap dan tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata,” ujar Kidung Tirto.(Red)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author